OLEH: ABDUL QUDDUS AL MAJIDI (SISWA KELAS XI SMA DAN SANTRI PONPES NAHDLATUL WATHAN JAKARTA)
Hari ini, semua siswa kelas 10 sudah bersiap-siap maju ke depan, untuk Membacakan Teks Legenda dalam bahasa Inggris. Bukan seperti cerita ataupun dongeng, kisah legenda itu benar benar nyata.
“Oke, Guys.” Sapa guru bahasa Inggris kepada kami.
“Sudah I’am kasih tahu, kalau hari ini ada presentasi kisah legenda. Siapa yang mau maju duluan?” Tanya ibu guru tersebut, biasa dipanggil Miss oleh semua siswa.
Anggi yang duduk di belakang tiba-tiba menunjuk tangannya ke atas.
“Oh Great, Anggi. Kamu mau maju duluan?” Tanya guru itu.
“Gak Miss, saya izin pengen pipis.” Kata Anggi.
“I’am kira kamu pengen maju pertama. Yasudah, cepat ke toilet sana! Sebentar saja ya.” Kata Guru tersebut.
“Yes Miss.” Lalu Anggi bangun dari kursi, berjalan dengan pelan sambil merapatkan kedua pahanya, lalu dia saliman sama Miss dan keluar dari kelas.
“Saya Miss” Sakih menunjuk tangannya ke atas. Kemudian dia maju ke depan, sambil membacakan kisah legenda Tangkuban Perahu.
“Once, there was a kingdom in Priangan Land. Lived a happy family. They were a father in form of dog,his name is Tumang, a mother which was called is Dayang Sumbi, and a child which was called Sangkuriang.
“One day, Dayang Sumbi asked her son to go hunting with his lovely dog, Tumang. After hunting all day, Sangkuriang began desperate and worried because he hunted no deer. Then he thought to shot his own dog. Then he took the dog liver and carried home.”
“Stop, Sakih. You sangat bagus pembacaan bahasa Inggrisnya, I’am jadi kagum sama kamu, Sakih.” Puji Miss kepadanya.
“Miss, saya belum selesai membacakannya.” Ucap Si Gendut itu.
“No Problems. Kamu sudah membacanya dengan sangat bagus. Sudah Sakih, kamu boleh duduk di bangkumu.” Ucap Miss.
“Semuanya pasti sudah mendengarkan kisah Tangkuban Perahu kan? Cerita yang disampaikan Sakih barusan, namanya Legenda. Legenda adalah adalah cerita rakyat zaman dahulu yang berkaitan dengan peristiwa dan asal-usul terjadinya suatu tempat. Dan terbukti kebenarannya. And berbeda dengan fairytale atau dongeng. Mitos itu belum terbukti kebenarannya secara ilmiah.” Jelas Miss panjang. Kami pun memahaminya.
“Saya ingin memberi pertanyaan kepada kalian. Kalian semua sudah berwudhu belum?” Tanya Miss secara tiba-tiba. Aku heran, kenapa dia seketika menanyakan hal itu?
“Belum.” Jawab kami semua.
“I’am ingin mengingatkan kepada kalian, kalau setiap ingin belajar, harus berwudhu dulu. Tidak mesti ketika kita memegang Al-Qur’an saja, belajar bahasa Inggris juga sebaiknya dengan berwudhu. Biar ilmu cepat masuk.” Ucap Miss.
“Nih, I’am ceritakan, waktu dulu, saya pernah dikasih tahu sama guru bahasa Inggris yang ngajar I’am. Kalau ingin cepat bisa masuk pelajarannya, harus wudhu dulu. Biar ilmunya berkah. Biar hafalan kosa kata bahasa Inggrisnya menempel di hati.” Lanjutnya.
Lalu kami semua pergi keluar kelas, untuk berwudhu dulu. Sebelum keluar, aku seketika teringat pengajian tadi malam, bersama Ustadz Muslihan Habib. Kemudian aku membuka kitab Ta’limul Muta’allim, karya Syaikh Az Zarnuji, yang selalu kubawa ke mana-mana. Isi kitab tersebut adalah;
فينبغي لطالب العلم الايؤخذالكتاب الاب الطهارة
Fayan Baghi Litolibil Ilmu Alla Ya’khuzal Kitaba Illa Bit Toharoti
‘Seyogyanya bagi para pencari ilmu, untuk tidak memegang kitab/buku, kecuali dalam keadaan suci (sudah berwudhu)’
Dan satu bait lagi, “Li annal Ilma Nurun, Wal Wudu u Nurun, Fayazdadu Nurul Ilmi bihi”
Artinya, ilmu adalah cahaya, berwudhu itu cahaya, dan cahaya ilmu dengan sebab kita berwudhu.’
Selanjutnya aku keluar kelas, berwudhu, lalu masuk kembali ke ruangan. Pelajaran belum usai, aku harus siap-siap membacakan kisah legenda di depan kelas.
Berikutnya, ‘Kisah seram, cerita dari teman-teman.’