Salah langkah dalam memperoleh rahamat dan surga

Kekeliruan yang besar bagi orang yang mengharapkan surga dan rahmat Allah SWT. Sedangkan dia tidak mau menempuh jalan yang semestinya ditempuh, yaitu jalan yang bisa mengantarkannya menuju surga dan rahmat Allah SWT.

Bila memperhatikan kehidupan nyata, tidak sedikit manusia yang apabila ditanya deng pertanyaan “apakah anda mau masuk surga?, apakah anda menginginkan rahmat Allah?” Tentu mereka menjawab dengan semangat mengatakan “mau”. Tapi anehnya, ketika disebutkan begini langkah untuk menuju rahmat Allah dan surganya, mulailah jawaban simpang siur tidak jelas, antara mau dan tidak mau menerima dan menjalankan langkah tersebut. Keadaan seperti ini merupakan suatu keanehan pada diri manusia dan merupakan permasalahan beragama secara pribadi yang harus secepatnya diatasi. Mungkin, mental beragama seperti ini disebut dengan mental beragama anak – anak. Mental beragama yang hanya menginginkan hasil, tapi tidak mau jerih payah untuk mendapatkannya.

Akankah hasil akan bisa diperoleh bila tidak ada prosesnya. Seorang petani tidak mungkin akan memanen hasil sawahnya jika dia tidak pernah menanaminya sesuatu. Begitu juga dengan manusia, mana mungkin akan mendapatkan surga jikalau dia tidak menanam kebaikan dalam kehidupannya di atas dunia. Sebuah mimpi dan penyesalan besar bagi orang yang berangan-angan tapi tidak mengusahakannya dalan kehidupan nyata.

Siapa saja yang benar-benar menginginkan rahmat dan surga Allah, tentu harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkannya dengan cara berusaha melakukan hal-hal yang baik di atas dunia. Diantara hal baik yang harus dilakukan adalah melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah dan berusaha menjauhi apa yang telah dilarangnya. Perintah Allah kepada hambanya ada yang berbentuk kewajiban seperti shalat, puasa, zakat dan haji bagi yang mampu. Ada juga perintahnya berbentuk anjuran (ke sunnahan), misalnya anjuran melakukan shalat sunnah, anjuran bersedekah, anjuran membaca Al Qur’an dan berbagai anjuran lainnya dalam agama. Di samping perintah, ada juga larangan yang diperintah untuk menjauhinya, misalnya larangan untuk tidak berzina, tidak mencuri, tidak meminum khamar dan berbagai larangan lainnya yang diperintah untuk dijauhi.

Bila diperhatikan dalam kehidupan nyata, begitu banyak orang beragama Islam. Banyaknya ini bisa dilihat dari ramainya orang menghadiri shalat jamaah I’dul Adha dan I’dul Fitri, lapangan dan Masjid terlihat penuh. Berbeda keadaannya bila dilihat dari shalat sehari-hari lima kali dalam sehari semalam, jangankan Masjid penuh, setengah saja kurang. Rata-rata shaf shalat dalam setiap Masjid berkisar dari satu shaf, dua shaf, sampai lima shaf, sangat jarang lebih dari itu. Gambaran tersebut di atas menunjukkan, bahwa usaha seseorang untuk mengikhtiarkan dirinya memperoleh rahmat dan surga Allah masih sangat rendah, belum mengimbangi keinginan besar mereka untuk mau masuk surga dan mendapatkan ridha Allah SWT. Demikian juga dalam masalah puasa, masih banyak kita lihat orang yang mengaku Islam, namun tidak malu makan dan minum di tempat-tempat umum.

Ungkapan sebuah pepatah menyebutkan “semakin tinggi sebuah pohon, maka semakin besar pula angin yang menerpanya”. Ketika seorang ingin mendekat kepada Allah untuk memperoleh rahmat dan surganya, berarti dia telah berkeinginan untuk mendapatkan sesuatu yang sangat besar. Allah maha besar, maka segala yang disandingkan kepadanya akan menjadi ikut besar. Untuk memperolehnya diperlukan usaha yang besar pula. Begitu juga dengan rahmat dan surga Allah adalah sesuatu yang sangat besar, maka ikhtiar untuk memperolehnya akan besar pula. Berkeinginan untuk memperoleh rahmat dan surganya, berarti telah bersiap untuk menerima segala konsekuensinya. Dalam surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3 Allah menyebutkan,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ.وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Artinya “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta”.

Intinya, barang siapa yang menginginkan rahmat dan surga Allah hendaklah mengiringinya dengan usaha yang seimbang dan maksimal. Dalam potongan syairnya Imam Syafi’i menyebut sia-sia bagi orang yang tidak berusaha maksimal dalam mencapai cita-citanya.

ومَنْ رامَ العُلى مِن ْغَيرِ كَـدٍّ # أضَاعَ العُمرَ في طَـلَبِ المُحَالِ 

“Barang siapa yang mengharapkan ketinggian/kemuliaan tanpa rasa letih # Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil”

Wallahu A’lam Bishshawa
Wallahul muwafiku Wal haadi Ilaa syabiilirrasyad

Donasi ke Panti Asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta melalui rekening resminya di – 32500 1002 159536- Bank BRI- atas nama PA.AS NAHDLATUL CQ SUHAIDI

Fath

LAINNYA

- Advertisment -

Khutbah
Khutbah Terbaru & Terlengkap

Terpopuler

#1

#2

#3

#4

#5

Kolom
Kirim Tulisan Anda Ke Kami